Showing posts with label Jejakubikel. Show all posts
Showing posts with label Jejakubikel. Show all posts

Thursday, July 21, 2011

Memori

Kamu datang lagi.

Gambaran yang selalu aku temui. Gigi rapi mengkilat dibawah matahari. Dasi biru menyatu  langit abu-abu. Rambut beberapa senti melebihi bahu, menggelap tertimpa bayangan pohon jambu. Tangan  melambai tak ragu-ragu. Ujung celana  terlipat ke atas, memperlihatkan jahitan yang tak tuntas.

Tapi aku ingin lebih dari ini.

Gambaran yang berbeda sama sekali. Gigi rapi ditutup senyum berlesung pipi. Dasi ungu senada langit merah jambu. Rambut lancip tercukur, memerah meninggalkan bayangan pohon dibelakang bahu. Tangan  melambai  malu-malu. Ujung celana terlipat ke atas, memperlihatkan jahitan tanganku yang sudah tuntas.

Tanganku gemetar, menjatuhkan bingkai foto dimana kamu selalu datang lagi. Membatasi memoriku tentang kamu, yang tak pernah lebih dari gambaranmu di foto itu.

- Dalias Lisdiarum -

You can also read this on Jejakubikel
(Tema : 111 Kata Juli, Pas Foto)
Inspired by Risya Ajeng's love story :))



Pintu

Sudah kubilang padamu.
Ikatan bagiku hanya ruang kubus tanpa pintu.
Dimana aku hanya akan duduk membatu, sedang kamu sibuk menata lampu.
Kamu bilang “akan kubuat indah untukmu”. Aku bilang “aku hanya ingin sebuah pintu”.
--
Dua tahun berlalu sejak kejadian itu. Mataku tertuju padamu. Kamu menangis dengan pisau ditanganmu, kemarahanmu memburu. Darah membuncah dari dalam tubuhku. Lalu semua hilang kecuali suaramu. Kamu mendudukanku di tempat tidurmu, berjanji bahwa kamu tak akan membiarkanku menjadi debu. Kamu memandikanku dengan air yang tidak biasa, membuat tubuhku membeku.
--
Angin datang membuyarkan buku-buku manteramu. Memadamkan lilin-lilin yang menyerupai lampu, yang selalu kau tata mengelilingi tubuhku. Pintu terbuka, yang selama ini kutunggu. Relakan aku, kekasihku, aku hanya hantu.

- Dalias Lisdiarum -

You can also read this on Jejakubikel
(Tema : 111 Kata Juni, Angin)


Monday, June 27, 2011

Kembang Api

Ibu begitu mencintaiku.


Pagi ini ibu bilang ia akan mengajakku melihat kembang api. Kata ibu, kembang api itu semburat warna-warni. Aku tak sabar menanti malam ini. Hingga tubuhku menggigil kelu. Ibu segera menghangatkanku. Ibu memang nomor satu.


Malam ini, ibu membawaku ke taman kota. Aku agak curiga. Taman itu seperti jelaga. Sepi tak ada suara. Terdapat pohon beringin ditengahnya. Ibu memintaku membuka baju. Pasti ini permainan seru. Aku pun menurut meski udara dingin menderu. Lalu ibu mengikatku di pohon beringin itu. Ia bilang aku boleh melihat kembang api ditubuhku. Berwarna biru dan ungu, yang aku dapat tadi pagi saat ibu meletakkanku di atas tungku.


Jadi begini caranya menyambut tahun baru. 


- Dalias Lisdiarum -

You can also read this on Jejakubikel
(Tema : 111 Kata Juni, Beringin)



Tuesday, June 21, 2011

Kelabu

Beranda ini kelabu, sejak hari itu. Kedua anakku tersedu disampingku, dadaku seperti dipalu.Dulu kami kompak, seperti serdadu. Kini kami masih sebuah keluarga. Masih bersama, menunggu suamiku pulang dari bekerja. Di beranda ini. Tapi tak pernah sama lagi.

***

"Aku sangat mencintaimu, Toro"
"Aku tau. Dan aku pun begitu, Mina. Masih mencintaimu"
"Bahkan setelah dua kali kamu menikah lagi"
"Kamu tau alasanku. Tidak ada yang mau menikahi mereka selain aku"
"Aku tidak keberatan. Aku akan melakukan hal yang sama jika jadi kamu"

***

Kedua putriku yang kembar siam segera menyambut Toro. Aku tersenyum dari beranda. Meredam kesedihan. Bagaimanapun Toro adalah pahlawan keluarga. Hanya dia yang mau menikahi kedua anak kami.

- Dalias Lisdiarum- 


You can also read this on Jejakubikel
(Tema : 111 Kata Juni, Toro-Poligami dengan 2 anak)



Saturday, June 4, 2011

Cindy dan Joni

Tidak pernah ada baju yang bagus di lemari sejak aku resmi menikah. Ini semua bukan seleraku. Ah, toh aku berdandan demi pasanganku. Jika ia suka, aku tidak perlu khawatir. Jadi kupakai saja celana dan kemejaku seperti biasa.


"Joni, lama sekali pakai bajunya" ia memanggilku dari ruang duduk, sudah tersedia dua cangkir kopi di meja.
"Aku sudah memikirkannya, Joni. Kita akan mengadopsi anak"
"Tapi kita bisa punya anak sendiri! kamu yang tidak pernah mau"
"Tidak, Joni. Kita tidak bisa"


---


"Kini kamu sudah resmi menjadi pasanganku. Mulai sekarang namamu adalah Joni"
"Apa? panggilan kesayangan untukku kok nama laki-laki, mas?"
"Cindy, aku ini suamimu. Kamu harus nurut sama aku. Aku mau kamu jadi Joni"


- Dalias Lisdiarum -

You can also read this on Jejakubikel
(Tema : 111 Kata Juni, Cindy-22-Waria)