Jangan berebut tempat di tubuhku.
Padahal semuanya kamu.
Membelah diri menjadi beribu.
Menginfeksi cara pandang mataku.
Melumpuhkan sendi-sendi tumpuanku.
Melarutkan suara hingar dari mulutku.
- Dalias Lisdiarum -
Wednesday, November 23, 2011
Friday, October 21, 2011
Tuesday, September 13, 2011
m.d.g.w
Kosongkan langit malam ini, Tuhan.
Malam ini saja, biar
hanya ada aku dan dia.
Kami akan berbicara rahasia.
Bintang akan mencibir, bulan
akan menyindir.
Biarkan saja kami mati suri, gelagapan dalam sepi.
Selama
kami bisa sendiri.
Aku akan menyentuh wajahnya, menghapal setiap tekukannya.
Berimajinasi tentang rupanya, sebelum pagi menjemputnya.
Harus malam ini, Tuhan.
Embun akan melarutkannya, cahaya akan menyilaukannya.
Tapi tanganku tak pernah tiba. Menggaruk-garuk udara.
Dia harus nyata, Tuhan.
- Dalias Lisdiarum -
Sunday, August 21, 2011
Thursday, August 4, 2011
Thursday, July 21, 2011
Memori
Kamu datang lagi.
Gambaran yang selalu aku temui. Gigi rapi mengkilat dibawah matahari.
Dasi biru menyatu langit abu-abu. Rambut
beberapa senti melebihi bahu, menggelap tertimpa bayangan pohon jambu. Tangan melambai tak ragu-ragu. Ujung celana terlipat ke atas, memperlihatkan jahitan yang
tak tuntas.
Tapi aku ingin lebih dari ini.
Gambaran yang berbeda sama sekali. Gigi rapi ditutup senyum berlesung
pipi. Dasi ungu senada langit merah jambu. Rambut lancip tercukur, memerah meninggalkan
bayangan pohon dibelakang bahu. Tangan melambai malu-malu. Ujung celana terlipat ke atas,
memperlihatkan jahitan tanganku yang sudah tuntas.
Tanganku gemetar, menjatuhkan bingkai foto dimana kamu
selalu datang lagi. Membatasi memoriku tentang kamu, yang tak pernah lebih dari
gambaranmu di foto itu.
- Dalias Lisdiarum -
You can also read this on Jejakubikel
(Tema : 111 Kata Juli, Pas Foto)
Pintu
Sudah kubilang padamu.
Ikatan bagiku hanya ruang kubus tanpa pintu.
Dimana aku hanya akan duduk membatu, sedang kamu sibuk
menata lampu.
Kamu bilang “akan kubuat indah untukmu”. Aku bilang “aku
hanya ingin sebuah pintu”.
--
Dua tahun berlalu sejak kejadian itu. Mataku tertuju padamu.
Kamu menangis dengan pisau ditanganmu, kemarahanmu memburu. Darah membuncah
dari dalam tubuhku. Lalu semua hilang kecuali suaramu. Kamu mendudukanku di
tempat tidurmu, berjanji bahwa kamu tak akan membiarkanku menjadi debu. Kamu
memandikanku dengan air yang tidak biasa, membuat tubuhku membeku.
--
Angin datang membuyarkan buku-buku manteramu. Memadamkan
lilin-lilin yang menyerupai lampu, yang selalu kau tata mengelilingi tubuhku. Pintu
terbuka, yang selama ini kutunggu. Relakan aku, kekasihku, aku hanya hantu.
- Dalias Lisdiarum -
Subscribe to:
Posts (Atom)