Seluruh kota membicarakannya.
Kecepatan berlarinya, bentuk tubuhnya, kisah hidupnya.
Aku tersenyum, bangga.
Sebelumnya aku tak pernah meminta imbalan darinya.
Atas kesuksesannya.
Atas kelelahanku.
Sampai pada suatu hari harapanku melambung.
Saat dia berbalik dan mengangkat tangannya.
Aku mengikuti gerakannya.
Ini dia.
Dia akan mengucapkannya.
Terima kasihnya padaku.
Menyalamiku.
Namun seorang laki-laki menyambut tanganya begitu saja.
Ia tersenyum, berbincang, berbangga.
Cukup sudah, aku pergi.
Aku mengundurkan diri.
Aku yang selama ini ikut berlari bersamanya.
Aku yang merasakan kelelahannya, ketegangannya, kemenangannya.
Aku adalah bayangannya.
Sosok gelap yang selalu mendampinginya.
- Dalias Lisdiarum -
No comments:
Post a Comment